Showing posts with label Me. Show all posts
Showing posts with label Me. Show all posts

June 26, 2014

Saya, LPDP dan IELTS

Saya mendaftar Beasiswa Pendidikan Indonesia di periode Juni 2014 lalu. Beasiswa ini lebih beken dengan sebutan beasiswa LPDP, LPDP (Lembaga Pengelola Dana Pendidikan) adalah badan layanan umum yang mengelola beasiswa ini. Singkat cerita, seminggu setelah batas akhir pengumpulan berkas, LPDP mengumumkan hasil seleksi administrasi dan saya dinyatakan lolos, alhamdulillah. Selanjutnya, saya berhak mengikuti seleksi wawancara dan LGD (Leaderless Group Discussion) pada tanggal 6 dan 7 Juni 2014 di Yogyakarta, sesuai lokasi wawancara yang saya pilih ketika mendaftar.

Jadwal seleksi LPDP memang sudah dicantumkan di websitenya, disebutkan bahwa seleksi wawancara dan LGD di Yogyakarta akan dilaksanakan pada tanggal 5 sampai 7 Juni 2014. Saya mengetahui hal ini sekitar beberapa minggu setelah saya mendaftarkan diri untuk ikut tes IELTS di IDP Semarang, saya mendaftar untuk tes di tanggal 7 Juni 2014, berbenturan dengan jadwal seleksi wawancara dan LGD. Maka dari itu, setelah mendapatkan email dari LPDP yang menyatakan bahwa saya lolos seleksi administrasi dan berhak mengikuti seleksi selanjutnya, saya segera mengirimkan email pemberitahuan bahwa saya tidak dapat mengikuti seleksi di tanggal 7 Juni 2014 dan mohon agar jadwal seleksi saya dapat disesuaikan. Saya tahu saya bukan satu-satunya pendaftar beasiswa yang harus diurusi oleh panita. Namun saya merasa bahwa saya harus mencoba untuk setidak-tidaknya bertanya apakah mungkin jika jadwal seleksi saya disesuaikan, karena setahu saya, tes IELTS yang sudah didaftarkan tidak dapat dibatalkan atau dijadwalkan ulang dalam jangka waktu hanya 3 minggu sebelum tes.

CSO LPDP menjawab email saya keesokan harinya, meminta saya untuk menyampaikan hal ini kepada panitia jika saya sudah menerima undangan resmi untuk seleksi wawancara dan LGD. Saya pun menuruti nasihat ini, tapi tidak ada email balasan sampai menjelang hari pelaksanaan seleksi. Telepon saya ke kantor LPDP pun tak diangkat. Akhirnya pada tanggal 6 Juni 2014 pagi, saya berangkat menuju lokasi seleksi dengan penuh keyakinan dan harapan bahwa semuanya dapat berjalan dengan lancar.

Hm, setelah jadwal diumumkan, saya mendapat giliran LGD di tanggal 6 Juni dan wawancara di tanggal 7 Juni. Sementara itu Mas saya mendapat jadwal sebaliknya, wawancara di tanggal 6 Juni dan LGD keesokan harinya. Kami berpikir bahwa ide terbaik untuk mengatasi hal ini adalah dengan menukar jadwal seleksi kami, sehingga saya dapat mengikuti seleksi wawancara dan LGD di tanggal 6 dan Mas di tanggal 7. Saya mencoba bicara dengan penanggungjawab seleksi namun saya belum dapat bertemu beliau. Akhirnya hal ini baru disampaikan oleh Mas ketika Mas mendapat giliran verifikasi berkas. Bapak penanggungjawab pun hadir dan menyampaikan bahwa jadwal tidak dapat ditukar seperti itu, jadwal dapat ditukar tapi harus pada kedua jadwal wawancara dan LGD, bukan hanya pada salah satunya.

Saya mencoba bertanya pada beberapa orang pelamar beasiswa di sana, tapi sebenarnya saya sangat pesimis, adakah yang bersedia menukarkan jadwal wawancara dan LGD di tanggal 6 dengan jadwal saya? Kemungkinan besar tidak. Karena semua pelamar beasiswa harus diverifikasi berkasnya di hari itu, tanggal 6 Juni 2014, maka mendapat jadwal wawancara dan LGD di tanggal 6 Juni 2014 tentu merupakan sebuah keberuntungan karena pelamar tidak perlu kembali lagi keesokan harinya.

Saya kembali menghampiri Bapak penanggungjawab dan menanyakan solusi lain. Beliau mengatakan bahwa saya harus mengikuti jadwal yang sudah ditentukan. Jika memungkinkan, saya dapat mengikuti seleksi wawancara setelah jadwal wawancara terakhir di tanggal 6 Juni 2014, dengan catatan jika para pewawancara berkenan. Saya mengiyakan tawaran tersebut, saya berniat akan menunggu sampai jadwal wawancara terakhir. Jika tidak, bisa-bisa saya kehilangan kesempatan tes IELTS di esok hari yang bernilai Rp. 2,250,000. Oh nooo!!!

Lalu, menjelang waktu shalat Ashar, saya mendapat giliran seleksi LGD, setelah itu berkas saya diverifikasi dan kemudian saya shalat Ashar. Menjelang Maghrib, saya menanyakan jadwal wawancara kelompok saya, masih ada beberapa orang (3 atau 4) yang belum diwawancara, tapi satu orang di antaranya tidak hadir. Beberapa saat kemudian, Bapak penanggungjawab lewat dan melihat saya. "Oh, Mbaknya masih di sini," beliau berucap. Beliau mengecek jadwal wawancara kepada seorang petugas lalu berujar kepada saya, "aman kok, Mbak." Saya hanya bisa tersenyum dan mengucapkan terima kasih.

Sebelum saya diwawancarai, saya masih sempat Shalat Maghrib. Ketika kembali ke ruang wawancara, ternyata saya langsung dipersilakan masuk. Wah, pas sekali. Wawancara berjalan kurang baik karena saya merasa bahwa saya tidak berhasil mengesankan para pewawancara. IPK pas-pasan dan kurang persiapan. Tapi sudahlah, the show must go on, saya masih harus memperjuangkan tes IELTS keesokan harinya. Setelah wawancara selesai, saya langsung menghubungi Hotel Olympic yang lokasinya hanya beberapa meter dari IELTS test venue di The Bright English. Saya booking kamar ekonomi seharga Rp. 100,000 (tarif weekend) dan menyampaikan bahwa saya akan tiba sekitar pukul 23.00, saat itu sekitar pukul 18.30. Lalu saya menghubungi travel DayTrans dan memesan kursi untuk keberangkatan ke Semarang pukul 20.00. Hanya ada satu kursi yang tersisa. Terima kasih Ya Allah. Saya segera membersihkan badan dan berkemas. Semangat!

Di perjalanan, saya hanya bertahan ngobrol dengan penumpang di samping saya sekitar 30 menit, setelah itu saya tertidur pulas sampai tiba di Kota Semarang. Supir mobil menurunkan saya di Tugu Pemuda, alhamdulillah masih ada satu taksi di sana. Saya pun tiba di hotel hampir pada pukul 00.00. Kamar Rp. 100,000 saya berukuran super mini, seperti lorong. Haha. Tidak masalah, saya memang hanya butuh tempat untuk beristirahat dan sarapan.

Cerita lengkap tentang IELTS mungkin akan saya tulis di post berikutnya. Mungkin. Hehe. :p

May 29, 2014

Afghans Girls

Saya dan Mas baru saja selesai bercakap-cakap dengan seorang teman yang datang dari Semarang, Hanum namanya. Hanum datang bersama dua orang gadis jelita asal Afghanistan yang saya lupa tanyakan namanya, fatal sekali. Begitu mendengar kata Afghanistan, ting tong, otak saya otomatis memikirkan kata 'perang'. Saya menahan diri untuk tidak langsung menanyakan tentang perang di Afghanistan. Setelah berjabat tangan dan cium pipi dengan Hanum seperti biasanya, saya lalu berjabat tangan dengan dua gadis itu. "Kalo sama mereka cium pipinya tiga kali, lho," kata Hanum. Mereka mengiyakan, di Afghanistan memang begitu adatnya. Lucu juga. :)

Selanjutnya, karena saya malas merangkai esai, berikut ini saya tulis rangkuman versi super singkat saja tentang percakapan kami (maafkan ya, hehe).

(Saya dan Hanum)
Hanum, ini siapa? Temen adekku, kuliah di UNWAHAS.
UNHAS? Universitas Hasanuddin ya, Makassar kan? Bukan, UNWAHAS, Universitas Wahid Hasyim di Semarang. Belum pernah denger kan? Haha.

(Saya dan Afghans Girls)
Kuliahnya jurusan apa? Akuntansi. Tapi sekarang masih belajar Bahasa Indonesia, sudah enam bulan. Setelah tiga bulan lagi, baru mulai kuliah.

Lebih enak di Jogja atau Semarang? Jogja! Di Semarang panas sekali.
Kalau di sana bagaimana? Di Afghanistan ada empat musim. Kalau orang Indonesia merasakan musim dingin di sana pasti akan sangat kedinginan. Di sini saja orang Indonesia pakai sweater.

Di Afghanistan pernah lihat ini (Vespa Special tahun 1979)? Tidak, tidak ada yang seperti ini. Kalau yang seperti ini (motor bebek) ada, tapi perempuan di Afghanistan tidak boleh naik sepeda dan sepeda motor. Kalau naik mobil boleh.

Penduduk di Afghanistan semuanya muslim atau bagaimana? Ya! 99% penduduk Afghanistan muslim, 1% lainnya Sikh.
Bagaimana dengan pakaiannya? Apakah pakai semacam abaya? Tidak, pakaiannya biasa saja, seperti ini (mereka memakai kemeja dan celana jeans). Jilbabnya seperti ini (jilbab disampirkan di kepala). Kalau sholat juga seperti ini, tapi jilbab dipakai rapi bukan hanya disampirkan. Di Indonesia saya lihat teman-teman pakai mukena (lalu dia beli mukena), saya suka pakai mukena, lebih nyaman.

Di Afghanistan perangnya bagaimana (akhirnya saya ucapkan juga pertanyaan ini)? Oh, pasti selalu menanyakan perang. Haha. Iya, ada perang sedikit. Tapi sedikit.
Tembak-tembakan begitu? Iya.

December 27, 2013

Allah Maha Mendengar dan Maha Mengetahui

Sejak bertahun-tahun yang lalu, saya sangat ingin ke Bali. Saya sering berpikir, kapan ya saya bisa ke Bali, kesempatan seperti apa ya yang bisa membawa saya ke Bali. Dan (sepertinya) sekitar 3 tahun lalu, saya bisa ke Bali karena sebuah kesempatan bagus datang menghampiri saya. Seorang teman menawarkan ikut acara trip kampusnya ke Bali. Saya hanya perlu bayar (sepertinya) Rp. 600,000,00 karena mereka butuh orang untuk memenuhi kuota bisnya. Iyalah, daripada seatnya kosong, panitia bisa nombok. Dan berangkatlah saya dengan riang gembira. Haha. Acara kunjungannya hanya sehari di Surabaya, selain itu wisata di Bali, saya ingat sekali ketika kami berkunjung ke tempat Pocari Sweat. Their office is sooo cool. Nice and colorful.

Oke selanjutnya Malang, Bandung, Malaysia dan Singapura. Perasaan saya terhadap tempat-tempat ini sama seperti perasaan saya terhadap Bali. Saya sudah pernah ke Bandung sih, tapi sudah lama dan saya rasa saat itu saya masih terlalu muda untuk bisa mengingat Bandung. Singkat cerita, saya bisa ke Malang karena ikut acara piknik biro di kampus tempat saya magang. Begitu juga Bandung, saya bisa ke sana dalam rangka acara piknik di tahun berikutnya. Malaysia dan Singapura, saya ingin mencicip kota yang teratur. Itu yang utama.

Alhamdulillah. Saya hanya punya keinginan yang sederhana yang sering saya pikirkan dan Allah menjawabnya. Saya hanya perlu menunggu. Semoga segera untuk Karimunjawa, Bali (lagi), Inggris, Venesia, Perancis, Ambon, Bunaken, Wakatobi, Raja Ampat, Maladewa daaan lainnya. Amin Ya Rabb. Sami'allahu li man hamidahu. Yang saya paham dari kalimat tersebut adalah, Allah mendengar (orang) yang memuji-Nya.

November 16, 2013

... the term ‘lifepartner’ is spot on in describing this person: someone that promises you that she will be there for you for the rest of your life.
http://blog.edwardsuhadi.com/2013/10/17/lifepartner-newsletter-everybody-needs-a-co-pilot/
The couple that can talk to each other is the couple that is strong as a rock.
http://blog.edwardsuhadi.com/2013/10/23/keep-the-toilet-clean/
A couple who is in a bad relationship will make things worse by considering the choice of leaving each other, instead of giving all they got in making things work.
http://blog.edwardsuhadi.com/2013/11/01/what-makes-us-miserable/

October 02, 2013

Hey you.

Hey you, sweetheart. I love you. But not this version of you. So I've been thinking, if I didn't love this version of you, it means I wanted you in your another version which maybe not you. So I ended up conclude the fact that I don't love you. Oh no. Random logical thought.

October 01, 2013

Sebuah Anak Tangga Bernama Skripsi

Setelah sekian lama berstatus "bentar lagi lulus, lagi ngerjain skripsi", saya pun bosan dan muak. Saya harus segera melewati anak tangga bernama skripsi ini. Saya ingin ke anak tangga berikutnya yang mungkin bernama menikah (semoga ini anak tangga berikutnya, amin), S2, bekerja, hunting beasiswa atau apalah.

Saya beruntung punya Dosen Pembimbing Skripsi yang baik, saya tahu beliau pasti bosan dengan saya, haha. Saya cuma bisa nyengir kalau beliau tanya kenapa kok lama sekali nggak bimbingan. Saya cuma bisa nyengir karena saya nggak tahu harus jawab apa. Mungkin memang rasa bosan dan muak ini yang saya tunggu. Dan satu lagi, keinginan untuk bisa segera menikah, menjadi saya yang lebih dewasa, amin.

Mari berdoa untuk saya. :)

September 30, 2013

Transportasi Umum

I am dreaming of nice public transportation. Here in Yogyakarta. Saya cinta kota kecil yang cantik ini. Karena kecil dan cantik lagi menarik, maka saya pikir alangkah senangnya jika transportasi umumnya memadai.

Ketika saya dan keluarga pergi ke Kuala Lumpur beberapa bulan lalu, saya ingat persis, saya cuma dua kali naik taksi. Yang pertama, dari depan Petronas Twin Tower ke KL Tower, itupun setelah saya baca peta dengan seksama dan saya pikir kami bisa ke KL Tower menggunakan Go KL City Bus yang gratis tis tis tis. Saya menghampiri supir Go KL City Bus yang sedang parkir di depan Petronas Twin Tower dan bertanya apa saya bisa ke KL Tower dengan bisnya. Dia bilang tidak bisa. Saya bingung, menurut peta sepertinya bisa pakai rute Go KL City Bus lalu berjalan kaki sedikit ke gerbang KL Tower. Berjalan kaki doesn't matter at all. Saya bisa lihat puncak KL Tower dari tempat saya berdiri. Sepertinya dekat, ya sudahlah naik taksi saja. Tapi seperti yang sudah pernah saya baca, supir taksi di KL rata-rata not nice. They are tricky. Ishhh. Menyebalkan.

Naik taksi yang kedua, terpaksa banget karena kami kehabisan bis turun dari Genting ke KL, bis Go Genting kalo nggak salah. Salah saya sih, sebelum berangkat seharusnya kami sekalian beli tiket pulangnya. Tapi habis dan saya tahu itu. Saya tetap berangkat walaupun nggak tahu nanti pulangnya gimana. Haha. Akhirnya naik taksi deh.

Selain itu, kami selalu naik Go KL City Bus yang gratis tis tis tis itu, monorel dan kereta (KTM Komuter). Saya nggak pernah naik bis umum karena memang nggak sempat cari informasi tentang rute, tarif dan lain-lainnya. Untuk kebutuhan turis first timer kayak saya, rute Go KL City Bus itu udah cukup banget, bisa mengantar kami ke tempat-tempat standar yang biasa dikunjungi turis.

Saya ingin hidup dengan transportasi umum yang seperti itu. Ada, nyaman, aman dan terjangkau. What do you think? :)

September 26, 2013

Font

Hey, you know what? I still haven't found a font I want for this blog. Aaarrrggghhh.

September 06, 2013

Pantai Jogan, Gunung Kidul (September 5, 2013)

Sudah pernah dengar nama pantai ini? Atau bahkan sudah pernah berkunjung ke sini juga? Just enjoy these photos. You may read the article about this beautiful Pantai Jogan here. :)

Plang penunjuk arah ke Pantai Jogan. Sekitar 0,5 km dari Pos Retribusi Pantai Siung. Saya sempat menanyakan arah pada penduduk setempat, beliau menyebut pantai ini sebagai Pantai Jogan atau Pantai Grojogan (air terjun).

Foto ini saya ambil di tangga batu karang yang dipagari bambu menuju ke bawah.


Can you spot the waterfall? Musim kemarau sih, jadi airnya hanya sedikit. :)

Sweep panorama mode.


Ibu-ibu ini sedang mencari rumput laut untuk diolah menjadi lauk. Tapi bukan jenis rumput laut yang biasa diolah untuk minuman ya. :)

Air terjun dari bawah.


Ada banyak batu-batu merah. Lovely.


Looks like Davy Jones. Hehe.



Angin bertiup cukup kencang, lihat permukaan airnya.


Pink and Black.



Watch your steps, jangan sampai mereka terinjak. :)


Ini pink keunguan lho. Warnanya memang kurang ditangkap dengan baik oleh kamera ponsel saya.


Pernah main bola bekel? Ini dia penghuni cangkangnya. :)


All photos taken by my Xperia Sola camera.

July 22, 2013

Selalu begitu.

The title sounds negative to me. But actually it doesn't. :)


Sering saya merasa letih dan jenuh dengan apa yang saya kerjakan secara reguler. Ada masa ketika beban hidup atau pekerjaan terasa begitu berat and all I want to do is running away. Pernah dengar ayat Al-Qur'an yang berbunyi "Inna ma'al 'usri yusraa"? Artinya yaitu, "Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan". Bersama lho. Bukan setelah.

Selalu begitu. Selalu ada hal indah dan menyenangkan yang belum tampak ketika kesulitan datang. Selalu saya menyesal karena hampir menyerah ketika kesulitan datang. Selalu saya lupa bersyukur dan berserah ketika kesulitan datang. Saya menulis di sini agar saya selalu ingat untuk bersyukur, berserah dan tidak want to run away. Semoga yang membaca tulisan ini bisa mendapatkan manfaat. Amin. :)

July 04, 2013

Goa Cerme (June 30, 2013)

"Dail ngajakin ke Goa Cerme," kata Mas saya. Itu awalnya. Oke fine. Kita berangkat.


Saya kenal Goa Cerme dari pendengaran saya (saya nggak tau kapan saya pernah denger, tapi saya yakin pernah) dan dari kebiasaan saya baca papan penunjuk arah. Saya sering baca papan yang menunjukkan arah ke Goa Cerme, but I really have no idea how is it. Saya baru sekali ke goa, Goa Pindul di Gunung Kidul, goanya tinggi dan dialiri air sungai, jarak dari permukaan air ke langit-langit goa mungkin sekitar 15 m (bukan seperti goa yang saya bayangkan semasa saya kecil, lorong batu yang bisa jadi tempat tinggal).

Pagi-pagi sebelum berangkat, saya coba gugling tentang Goa Cerme (saya kurang sreg kalo pergi ke suatu objek tanpa gugling dulu, hehe). Saya dapat informasi bahwa untuk mencapai mulut Goa Cerme kita harus menaiki tangga setinggi 759 m. Goa ini panjangnya 1,5 km dan digenangi air yang tingginya bisa mencapai 1,5 m (hah? bisa kelelep dong?). Well saya menyimpulkan kayaknya kunjungan ini nggak akan terlalu menguras tenaga dan saya pasti basah tapi nggak full basah.

Sekitar jam 09.30 saya dan teman-teman berangkat dari Krapyak Wetan. Nyampe Goa Cerme jam berapa ya lupa, haha, tapi nggak jauh kok, mungkin sekitar 30 menit aja. Menjelang lokasi, jalanan nanjak lumayan curam. Motor temen saya sempet bunyi nggak enak dan melorot ke bawah. Tapi itu emang motornya sih yang kurang fit. Beberapa menit kemudian kami sampai di pos petugas Goa Cerme. Bapak petugasnya menjelaskan bahwa objek wisata Goa Cerme ini berada di wilayah administrasi Kabupaten Bantul dan Gunung Kidul dan dikelola oleh keduanya. Jadi sekarang kita di Bantul dan nanti saat keluar dari goa  kita akan berada di Gunung Kidul. Sounds cool, hehe. Tapi tapi tapi, kondisi tersebut bikin tarif masuknya jadi double. Rp. 2,250,- dari Pemkab Bantul dan Rp. 2,500,- (yang ini saya agak lupa sih persisnya berapa) dari Pemkab Gunung Kidul. Pemandu (wajib) Rp. 30,000,- dan sewa headlamp Rp. 5,000,- (kami sewa 3 headlamp). Tas kami titipkan di pos petugas, yang kami bawa hanya 1 tas selempang berisi 1 botol air minum dan 2 ponsel yang dibungkus kresek.

Sebelum mulai, kami sempat foto-foto sebentar di mulut goa dan berdoa bersama. Oh iya, saya nggak tau mana tangga setinggi 759 m yang dimaksud dalam artikel yang saya baca saat gugling tentang Goa Cerme. Ada sih tangga, tapi pendek. Yak lanjut aja, dari mulut goa, kami menuruni beberapa anak tangga dan blupp, langsung ketemu air. Seinget saya, waktu itu tingginya sekitar selutut. Oh iya lagi, ada beberapa anak kecil yang ikut bersama rombongan kami, mereka ini penduduk sekitar goa, tapi ya takut (dan kayaknya memang nggak boleh) kalo nyusur goa tanpa pemandu.

Dasar goa ini kadang berupa kerikil lembut dan kadang berupa batu coklat yang agak tajam. Jadi saya sarankan pakai sandal yang aman (jangan pake sandal jepit) atau sepatu sekalian. Saya pake sandal yang bolong depannya, kalo kepentok batu rasanya lumayan nyuut nyuut. Di dalam goa, seperti biasa, ada stalaktit dan stalagmit. Seinget saya, stalaktit itu yang mengarah ke bawah, sedangkan stalagmit itu yang mengarah ke atas (pls comment kalo salah). Kalo liat tetes air yang menggantung di stalaktit, saya penasaran pengen nowel, tapi saya tau itu nggak boleh, jadi cuma saya tiup dikit sampai tetes airnya bergoyang, hehe. Di beberapa sudut goa, saya sempat lihat ada sesajen-sesajen. Menurut penjelasan pemandu kami, goa ini memang kadang dipakai untuk bersemedi. Lanjut jalan, ada bunyi grojog grojog air deras gitu. Semuanya langsung pada semangat maju, penasaran sama sumber bunyi itu yang kayaknya sih air terjun. And yes, memang air terjun. Tingginya sekitar 2,5 m. And guess what? Rute selanjutnya kita musti menaiki air terjun itu. Rasanya keren banget, hahaha. 

Beberapa menit kemudian, mulai ada yang nanya, "masih jauh nggak, Pak?" Udah mulai capek nih. Kami istirahat sebentar di air yang dangkal. Matiin headlamp dan sengaja ngobrol gelap-gelapan. Trus lanjut lagi, capek sih, mana kaki berasa bonyok karena sering nendang batu. Mendekati ujung goa, kami harus sering jalan merunduk karena langit-langit goa makin rendah. Duh kadang kejedot juga, haha. Tapi yah, seperti kata kakak sepupu saya, tenang aja, hal-hal yang berat itu pasti punya akhir kok. Dan akhirnya kami melihat cahaya selain cahaya headlamp. Cahaya matahari. Rasanya amazing. :-D

Keluar dari mulut goa, kami harus berjalan sedikit untuk bisa balik ke pos yang tadi. Lumayan sambil ngeringin baju. Hehe. Nyampe pos, kami pesan minum dulu sambil nyomot-nyomot gorengan secara tidak terkendali. Ada mbak-mbak minta kami ngisi kuesioner dari pemerintah tentang wisata goa. Saya isi dengan senang hati. Semoga bisa dibaca dan bermanfaat. Amin.

Selesai mandi dan shalat, kami pulang dan mampir makan Sate Klathak (satu porsi Sate Klathak dan minum seharga Rp. 13,000,-). Sedaaap. Lebih sedap lagi karena kami lumayan capek. Saya pun pulang ke rumah dengan hati yang senang dan perut yang kenyang. Hari Minggu yang indah. Alhamdulillah. :-D


May 14, 2013

KL & Sing #2 (The Day. 4 April 2013)

Air Asia berangkat dari Terminal 3 Soetta. Kami harus naik shuttle bus yang tersedia free di Soetta. Bisnya bagus, cuma selalu sesak gara-gara barang-barang penumpang yang nggak sedikit dan nggak mini. Hehe. Ternyata jauh juga perjalanan ke Terminal 3. Terminal ini obviously baru. Desainnya modern dan terang, beda banget sama terminal 1 dan 2.

Masuk terminal 3, saya menuju ke sebelah kanan untuk drop bagasi. Saya sudah prebook bagasi 20 kg untuk kami berempat (keren, haha). Selesai drop bagasi dan bayar airport tax (Rp. 150,000x4), kami menuju lantai atas dan langsung menuju imigrasi. Selesai imigrasi, barang bawaan kabin kami diperiksa. Nggak mulus nih. Saya sudah tahu peraturan kabin Air Asia, terutama tentang liquidnya. Tapi tetep aja ada yang kelewat, hehe. Air minum kemasan tidak boleh dibawa. Jadi diletakkan di dekat petugas dan bisa kami minum selama masih berada di ruang tunggu. Ludes deh botolnya. Tinggal tumbler punya saya dan Ibu saya. Padahal saya sudah bilang bawa tumbler yang banyak, tapi Ibu saya ngertinya cuma bawa air minum yang banyak. Oya satu lagi, face wash saya kemasannya ukuran 150 ml. Walaupun isinya cuma setengah kemasan, tetep aja nggak boleh dibawa karena melewati batas kemasan maksimal yaitu 100 ml. Yah dengan berat hati terpaksa saya relakan face washnya. :(

Kami makan siang dulu sambil menunggu waktu boarding. Menjelang pukul 13.00 kami sudah siap dan tak lama setelahnya dipanggil untuk boarding. Dapet auto seat di row 1 alias hotseat. Kursi yang kepalanya merah itu. Hehe. Oke, flight 2 jam dan kami pun sampai di LCCT, nggak wow karena ya emang Low Cost Carrier Terminal sih, bandaranya nggak premium. Masuk gedung, kami antri imigrasi, cukup ramai tapi antrian berjalan lancar dan cepat. Selesai imigrasi, kami mengklaim bagasi, semua lengkap, lalu mampir counter DIGI dan beli kartu sim untuk telepon dan internet seharga RM 26. Setelah itu kami melewati bagian custom dan langsung disuruh lewat saja tanpa diperiksa sama sekali. Sebelum keluar gedung bandara, saya beli tiket Aerobus LCCT ke KL Sentral seharga RM 8 untuk dewasa dan RM 4 untuk anak-anak (RM 8x3+RM 4). Keluar gedung, kami berjalan ke arah kiri sekitar 500 meter menuju bus. Busnya lumayan bagus, tapi tidak terlalu bersih. Di atas bus, pihak bus menjual air mineral ukuran tanggung seharga RM 1, saya beli 1 botol.

Oya, saya belum booking tempat untuk menginap. Sebenarnya saya sudah booking di sebuah penginapan via email, tapi setelah baca lebih banyak review tentang tempat tersebut, saya simpulkan tempat itu pengap dan tidak bersih. Yah lebih baik saya cari tempat lain yang bersih walaupun tidak istimewa. Ada satu penginapan yang saya lihat fotonya sederhana namun asri. Namanya Sahabat Gusethouse di Jalan Sahabat, dekat dari Jalan Alor. Tapi untuk booking, saya harus bayar DP dulu, well the problem is saya nggak bisa bayar DP tersebut, karena saya nggak punya Credit Card ataupun rekening Paypal. Dan saya lagi males berurusan sama jasa-jasa tentang uang di dunia maya. Jadi, sebelum berangkat, saya sudah mencatat nomor telepon penginapan-penginapan yang saya incar, saya urutkan berdasarkan prioritas saya. On the top of the list is Sahabat Guesthouse. Saya telepon, dengan bahasa Inggris seadanya, saya menanyakan family room di Sahabat Guesthouse. Dan ternyata masih kosong. Alhamdulillah. Saya booking untuk 2 malam. Now how can I get there? Saya sudah simpan petunjuk arah ke Sahabat Guesthouse yang saya ambil dari website mereka.

Jadi setelah sampai di KL Sentral, pusat transportasi umum di KL, saya berjalan keluar KL Sentral, menyeberang jalan dan berjalan ke arah kanan menuju stasiun monorel KL Sentral. Stasiun monorel ini memang tidak menyatu dengan bangunan KL Sentral. Masuk stasiun monorel, ada loket tiket dan ada Ticket Vending Machine. Setelah celingukan sebentar, saya mencoba beli tiket monorel di vending machine. Tujuan Stasiun Monorel Bukit Bintang untuk 4 orang. Percobaan pertama gagal, sepertinya pecahan uang yang saya masukkan terlalu besar. Setelah mencoba lagi, akhirnya saya berhasil mendapatkan tiket berupa koin seperti koin kasino. Koin ini di-tap ke mesin agar bisa masuk ke platform dan disimpan lagi. Setelah menunggu sebentar, kereta pun datang dan kami masuk. Lumayan rame, tapi tentu saja tidak pengap karena kereta ini ber-AC. Sampai di Stasiun Monorel Bukit Bintang, kami turun dan harus memasukkan koin tiket tadi ke mesin agar bisa keluar dari platform.

Kami berjalan sekitar 10 meter menuju traffic light dan belok kiri, setelah itu belok kanan dan melewati Jalan Alor (pusat jajanan) di sisi kiri kami. Setelah menemukan Sevel di sudut pertigaan, kami belok kiri dan belok kanan di pertigaan pertama. Sahabat Guesthouse yang berwarna biru sudah terlihat. Agak capek juga karena jalannya sedikit menanjak. Setelah sampai, kami bayar penginapan RM 306 untuk 1 family room selama 2 malam dan RM 200 untuk 2 double room untuk malam terakhir kami di KL (kami berencana mampir ke Sing dan menitipkan barang di guesthouse).

Family room yang kami tempati tidak terlalu luas, tapi lumayan untuk kami berempat. Bersih, 2 double bed, kamar mandi yang cukup luas dan sebuah balkon kecil yang menghadap ke jalan. Setelah unpacking dan makan, Ibu dan Ayah saya sepertinya sudah sangat kelelahan. Saya dan Adik saya Memot berencana keluar sebentar ke Jalan Alor. Ibu saya agak ceramah hati-hati bla bla bla, as always, haha. Iya deh, yang penting boleh keluar. Kami berjalan menuju jalan Alor dan sempat foto-foto ujung KL Tower yang menyembul di antara gedung-gedung. Jalan Alor ternyata ramai sekali, penuh lampion di sepanjang jalan. Banyak nama-nama makanan yang saya nggak ngerti, jadi bingung. Memot saya belikan Turkey Ice Cream seharga RM 5, mahal memang, tapi cukup menarik lihat atraksi si penjual es krim. Selesai menyusuri Jalan Alor, kami berjalan pulang dan mampir beli sosis dan nugget di depan Sevel seharga RM 2,30. Kami mampir Sevel juga, beli razor seharga RM 1,10 dan yoghurt juga susu seharga RM 4. Kenyang deh, kekenyangan lebih tepatnya. Hehe. Sampai di guesthouse, siap-siap bobooo. Zzz.


To be continued, next Chapter, KL 1. :)

May 06, 2013

KL & Sing #1

Okey, jadi ceritanya bermula dari saya somehow, happily tersesat di forum traveller Kaskus. Larut dalam Field Report bermacam-macam negara, membayangkan diri saya yang melakukan perjalanan itu. Kok kayaknya asyik ya, haha. Saya baca thread Low Cost Carrier juga, ini menggugah banget nih, kaskusernya pada share dapet tiket cuma sekian sekian untuk rute sini-situ, sekian sekian untuk rute situ-sini. Wow, so I thought I could get one of that kind too. Okey, cek-cek website Air Asia (dari sekian LCC yang saya tahu, menurut saya Air Asia ini yang websitenya paling friendly), saya liatin promo-promo basi yang udah pada ludes. Menggiurkan, haha. Saya niatkan bikin paspor dulu, biar lebih semangat buat hunting tiket promo. Saya pulang ke rumah, sambil cengar-cengir bilang ke Ibu saya bahwa saya pengen bikin paspor.

"Emangnya Mbak mau ke mana?" Ibuku nanya.
"Nggak tau, hehe. Itu lho Ma, kan ada tiket yang bla bla," saya ceritakan rencana saya.
"Oya? Mama juga mau dong."

Yah jadilah saya dan Ibu saya bikin paspor. Nggak begitu ribet. Tapi perlu waktu sekitar 1 minggu, karena ada jarak 3 hari (seingat saya) untuk kemudian lanjut ke tahap wawancara. Biayanya sekitar Rp. 200,000-an. Saya agak payah nginget nominal yang beginian. Harap maklum, hehe.
Beberapa minggu berlalu. Akhirnya Air Asia ada promo free seats. Cek rute dan harganya, ngabarin Ibu saya. Akhirnya pilih rute Jakarta-Kuala Lumpur pp, hampir Rp. 300,000/org, saya beli untuk 4 orang, jadi hampir Rp. 1,200,000. Gimana cara bayarnya? Bisa pake credit card atau KlikBCA. Ada sih KlikBCA punya Mas saya, tapi tokennya rusak. Saya cari jasa beli tiket Air Asia di FJB Kaskus. Saya bikin deal, saya yang booking tiket, dia yang bayar. Kena fee berapa ya (kumat lagi), Rp. 100,000 atau Rp. 200,000 untuk 4 tiket itu, kalo saya inget-inget sekarang, kok fee-nya lumayan mahal ya, saya nggak nawar pula. Haha. Saya booking dan melunasi tiket tanggal 20 September 2012, untuk keberangkatan tanggal 4 April 2013. Kedengarannya lama banget ya? Tapi enggak juga sih, kadang-kadang saya lupa saya mau berangkat ke KL. Jadi santai aja.

Nyetel Menghitung Hari-nya Krisdayanti dulu. Oktober. November. Desember. Januari. Februari.
Maret, mulai siap-siap. Saya di Jogja dan Ibu saya di Bengkulu. Kami janjian untuk ketemu di Jakarta. Flight Jakarta-Kuala Lumpur kami jam 13.15. jadi biar nggak buru-buru, kami harus berangkat pagi dari kota masing-masing. Saya yang beli tiket-tiketnya (saya yang beli, tapi pake uang Ibu saya, hehe), Rp. 723,000 untuk saya Jogja-Jakarta pp dan Rp. 2,938,700 untuk Ibu, Ayah dan adik saya Bengkulu-Jakarta pp (berat di ongkos domestiknya, hehe).

To be continued, next chapter, The Day. 4 April 2013. :)

April 19, 2013

Berbeda

Saya sedang baca-baca blognya Pandji Pragiwaksono dan menemukan tulisan ini. Dan ada bagian yang membahas tentang bagaimana sebagian orang akhirnya mengubah dirinya menjadi seperti orang kebanyakan. Agar lebih mudah diterima dan lain sebagainya. Ketika membaca bagian itu, saya terpikir, bukankah dia (pacar saya) menemukan saya karena (menurutnya) saya berbeda dari orang kebanyakan? Dan bukankah saya juga merasakan hal serupa, bahwa saya menemukannya karena (menurut saya) dia juga berbeda dari orang kebanyakan? Jadi saya pikir, dalam kehidupan yang sebentar ini, jika saya tetap menjadi diri saya, melakukan hal yang menurut saya benar, maka hal-hal baik dalam kehidupan ini, the good things I deserved, akan jauh lebih mudah menemukan saya. :)

Mungkin ini bukan perkara yang istimewa, karena hampir pasti sudah direnungkan oleh kepala-kepala yang lain, tapi dengan membaca lagi, mendengar lagi, atau apapun, saya berbahagia karena merasa diingatkan. Allah menjadikan saya menemukan hal-hal baik agar saya bisa berbuat lebih baik. Alhamdulillah. :)

October 31, 2012

June 01, 2012

A Friend

He was my firend. A mere friend.
And he is my firend. But not a mere friend anymore.
He is a reason. A must. A person to hold.
Well time flies. Bring us to another space. Place.
But we'll bring our hearts with us sweetheart.... Sure we will.

May 23, 2012

What's on your mind?

Saya pernah mengalaminya.
Menulis yang tak terlisan.
Atau bahkan yang tak terbisik.
Terselubung harapan, seseorang yang saya maksud tak sengaja membaca tulisan tersebut.
Kemudian dia dapat mengerti.
Kemudian keadaan menjadi lebih baik.

Tapi saya pikir itu semu.
Alangkah baiknya membicarakannya pada makhluk hidup.
Pada sahabat.
Pada hewan atau tumbuhan.
Agar jiwa lebih sehat.
Agar pikiran lebih lapang.

Saya berusaha untuk tidak lagi melakukannya.
Menulis yang tak terlisan.
Membiarkan dunia yang buta melihatnya.
Membuat dunia yang tuli mendengarnya.
Memaksa dunia yang tak peka merasakannya.

Sujiwo Tejo

OVJ malam ini - The Ovengers
Riri rintangan datang dan pergi.
Riri datang dan pulang lari-lari.
Riri bukan rara bukan roro.

#I'll fix this later. :)