Showing posts with label Sightseeing. Show all posts
Showing posts with label Sightseeing. Show all posts

June 03, 2014

Stop by Cimory on The Valley, Bawen

Today Mas and I went to Semarang (from Yogyakarta) for having my photograph and finger print taken at IDP Semarang. Actually we have gone there few days ago but the officer said that their system was offline and yes, we have to come another day. My bad, I didn't call the office before going there.

And there we were today, arrived at IDP Semarang office at Simpang Lima after riding a motorcycle for about 3 hours. The business took only 5 minutes. Because the office was not convenient for us to sit taking a rest, we decided to go to look at the IELTS Test venue, The Bright English at Imam Bonjol Street. Then we took a rest at a shady pavement, enjoying snacks we brought from home. Mas and I talked about going to Marina Beach or Masjid Agung but those seem quite far so we decided to come back to Yogyakarta and stop by Cimory on The Valley at Bawen. Yaaay!

Why was it interesting? Cimory was milk. That's what I thought. Mas and I looove milk. I love plain milk the most, but any flavor addition is lovable too. Haha. On our jammed way from Imam Bonjol Street to Cimory on The Valley, I googled Cimory Bawen. Some writings said it was a very nice place, it was not only a restaurant, but also playground and shop. I was happier. :))

After almost an hour, Mas and I arrived at Cimory on The Valley, together with children of a picnic bus. Nice, we're not alone. Hehe. From the entrance door, there was a shop at the left side, a restaurant at the right side and a lovely playground ahead. There were a pond of Arapaima fish, milch cows, deers, rabbits, turkeys and birds. It was a mini zoo. Oh, there were some playing booth too for the children. A very nice place compared to the jammed road in front of this place.

Afterwards, Mas and I prayed at the musholla and then having meals at the restaurant. Quite expensive for us. We were having a German Sausage (33,000), a plain fresh milk (5,000) and a blueberry yoghurt milkshake (22,000). There were 5% service charge and 10% PB1 (I didn't know what this was). That's all, nice place with nice bill. :P

April 01, 2014

Bonus on English Village? No, I prefer to call it Kampung Inggris. (March 10-23, 2014)

Bali House - The Signage

 Bali House - The Alleyway In

Ketan Susu (Rp. 2,500.00) - Ada menu ketan bubuk dan ketan campur juga. :)

Alun-alun Pare - Sate O2 alias Sate Bekicot
Sate O2 yang saya maksud adalah sate yang dibungkus dengan kertas, harganya Rp. 12,000.00/bungkus. Saya hanya beli setengahnya karena nggak yakin bisa menghabiskannya (tapi habis kok ternyata haha).

Surowono - Terowongan
Tiket masuk Rp. 1,000.00 dan tarif pemandu (min. 10 orang) Rp. 1,000.00/orang. Surowono ini dekat kok, hanya sekitar 5 km dari Kampung Inggris.

Surowono - Sendang Drajat

Yap, kolam ini adalah Sendang Drajat.

Surowono - Candi
Tarif masuknya sukarela saja.



Bromo - Gunung Penanjakan
Saya berangkat ke Bromo bersama teman-teman. Jumlahnya 15 orang dan iurannya Rp. 120,000.00/orang untuk transportasi, wisata Bromo dan makan pagi. Murah meriah alhamdulillah. :))

September 27, 2013

September 06, 2013

Pantai Jogan, Gunung Kidul (September 5, 2013)

Sudah pernah dengar nama pantai ini? Atau bahkan sudah pernah berkunjung ke sini juga? Just enjoy these photos. You may read the article about this beautiful Pantai Jogan here. :)

Plang penunjuk arah ke Pantai Jogan. Sekitar 0,5 km dari Pos Retribusi Pantai Siung. Saya sempat menanyakan arah pada penduduk setempat, beliau menyebut pantai ini sebagai Pantai Jogan atau Pantai Grojogan (air terjun).

Foto ini saya ambil di tangga batu karang yang dipagari bambu menuju ke bawah.


Can you spot the waterfall? Musim kemarau sih, jadi airnya hanya sedikit. :)

Sweep panorama mode.


Ibu-ibu ini sedang mencari rumput laut untuk diolah menjadi lauk. Tapi bukan jenis rumput laut yang biasa diolah untuk minuman ya. :)

Air terjun dari bawah.


Ada banyak batu-batu merah. Lovely.


Looks like Davy Jones. Hehe.



Angin bertiup cukup kencang, lihat permukaan airnya.


Pink and Black.



Watch your steps, jangan sampai mereka terinjak. :)


Ini pink keunguan lho. Warnanya memang kurang ditangkap dengan baik oleh kamera ponsel saya.


Pernah main bola bekel? Ini dia penghuni cangkangnya. :)


All photos taken by my Xperia Sola camera.

July 12, 2013

Camping Ramadhan at Pantai Pok Tunggal (July 7-8, 2013)

Photo taken by I-don't-know-who.

Saya sudah pernah ke pantai cantik ini. Dan akhirnya ada kesempatan untuk bisa lihat pantai ini lagi ketika ada ajakan dari teman-teman untuk mengadakan Camping Ramadhan. The title is just too much, hahaha. Oke ayok kita berangkat, mumpung belum mulai puasa. Janjian berangkat Hari Minggu tanggal 7 Juli dari rumah Ratna (aka Dek Na). Sampai Minggu pagi, kok adem ayem aja nggak ada kabar, padahal saya mustinya kebagian tugas belanja-belanji nih. Saya kontak Dek Na, ngajak bagi tugas buat belanja. Dek Na dapat tugas untuk beli paket makan malam, ubi, jagung dan printilannya. Sementara saya dapat tugas untuk beli sosis, mie instant dan ayam. Di pasar, setelah beli ayam, saya baru sadar bahwa saya nggak tahu harus pakai bumbu apa aja untuk mengungkep ayam.



"Ndenk, coba gugling bumbu ayam ungkep," saya minta tolong pada seorang teman.
"Nih," katanya sambil menyodorkan hape.


Saya males membandingkan resep itu dengan resep dari situs-situs lainnya. Ya udah deh pakai resep ini aja. Pede aja. Bawang merah, bawang putih, cabe, jahe, kunyit, lengkuas, ketumbar, sereh, daun salam dan daun jeruk. Plus gula dan garam pastinya. Di rumah, semuanya dibersihkan dan dituang ke blender. Biar cepet. Hehe. Diungkep, ditinggal beres-beres, packing dan mandi. Ternyata rasanya lumayan, edible dan bisa dimaklumi. Jam 1 siang berangkat ke rumah Dek Na. Dan jadwal berangkat pun molor secara fleksibel ke jam 4 sore.


Saya dan rombongan pun berangkat menuju Pantai Pok Tunggal. Saya masih ingat sebagian rutenya. Tapi ketika langit sudah gelap dan kami mulai memasuki jalan perkampungan, saya mulai lupa dan ragu rutenya. Saya berdoa dalam hati, semoga Google Maps bisa diandalkan di sini. Dan wow, wow banget untuk saya, Google Maps bener-bener menunjukkan rute yang sangat precise. Keren. Fyi, pantai ini lumayan blusuk-blusuk jalannya. Thanks to Google Maps.

Sesampainya di Pantai Pok Tunggal, kami disambut para petugas yang menjaga pantai. Kami dipandu mencari area kemah karena ternyata sudah ada beberapa tenda yang didirikan di sini. Kami berjalan ke arah barat, tapi tempat saya inginkan sudah ditempati. Saat itu kami berdiri di dekat pohon yang dipagari. Saya sudah di dekat pohon itu ada mesin pompa air. Di batangnya ada beberapa sesajen yang digantungkan.

"Nah kita di sini aja," usul saya.
"Jangan di sini Mbak, tidak boleh," kata bapak petugas yang memandu kami.
Saya penasaran. "Kenapa, Pak?"
"Yaa...memang tidak boleh Mbak." Raut wajahnya mengisyaratkan kalau ia tak mau menceritakan alasan tepatnya. Yaa begitulah kira-kira. You know what I think, don't you?

Kami pun berbalik dan berjalan ke arah timur, menuju pohon (entah jenis pohon apa) yang menjadi ikon pantai ini. Tapi ternyata sudah ditempati juga. Kami akhirnya mendirikan tenda di area yang masih dekat dengan pohon itu. Sebagian anggota camping mendirikan tenda dan sebagian lainnya menyiapkan makan malam. Sederhana saja, jagung manis, ubi, ayam dan sosis. Yang spesial adalah bintang-bintang yang mengedip mesra, ombak yang berdebur merdu ditingkahi petikan gitar dan teman-teman yang berdendang. Saya selalu suka berbaring di pantai dan memandang bintang. Blissful.

Ini foto pohon ikon Pantai Pok Tunggal. :)

PS: Cerita hari berikutnya akan menyusul, insyaAllah. :)

July 04, 2013

Goa Cerme (June 30, 2013)

"Dail ngajakin ke Goa Cerme," kata Mas saya. Itu awalnya. Oke fine. Kita berangkat.


Saya kenal Goa Cerme dari pendengaran saya (saya nggak tau kapan saya pernah denger, tapi saya yakin pernah) dan dari kebiasaan saya baca papan penunjuk arah. Saya sering baca papan yang menunjukkan arah ke Goa Cerme, but I really have no idea how is it. Saya baru sekali ke goa, Goa Pindul di Gunung Kidul, goanya tinggi dan dialiri air sungai, jarak dari permukaan air ke langit-langit goa mungkin sekitar 15 m (bukan seperti goa yang saya bayangkan semasa saya kecil, lorong batu yang bisa jadi tempat tinggal).

Pagi-pagi sebelum berangkat, saya coba gugling tentang Goa Cerme (saya kurang sreg kalo pergi ke suatu objek tanpa gugling dulu, hehe). Saya dapat informasi bahwa untuk mencapai mulut Goa Cerme kita harus menaiki tangga setinggi 759 m. Goa ini panjangnya 1,5 km dan digenangi air yang tingginya bisa mencapai 1,5 m (hah? bisa kelelep dong?). Well saya menyimpulkan kayaknya kunjungan ini nggak akan terlalu menguras tenaga dan saya pasti basah tapi nggak full basah.

Sekitar jam 09.30 saya dan teman-teman berangkat dari Krapyak Wetan. Nyampe Goa Cerme jam berapa ya lupa, haha, tapi nggak jauh kok, mungkin sekitar 30 menit aja. Menjelang lokasi, jalanan nanjak lumayan curam. Motor temen saya sempet bunyi nggak enak dan melorot ke bawah. Tapi itu emang motornya sih yang kurang fit. Beberapa menit kemudian kami sampai di pos petugas Goa Cerme. Bapak petugasnya menjelaskan bahwa objek wisata Goa Cerme ini berada di wilayah administrasi Kabupaten Bantul dan Gunung Kidul dan dikelola oleh keduanya. Jadi sekarang kita di Bantul dan nanti saat keluar dari goa  kita akan berada di Gunung Kidul. Sounds cool, hehe. Tapi tapi tapi, kondisi tersebut bikin tarif masuknya jadi double. Rp. 2,250,- dari Pemkab Bantul dan Rp. 2,500,- (yang ini saya agak lupa sih persisnya berapa) dari Pemkab Gunung Kidul. Pemandu (wajib) Rp. 30,000,- dan sewa headlamp Rp. 5,000,- (kami sewa 3 headlamp). Tas kami titipkan di pos petugas, yang kami bawa hanya 1 tas selempang berisi 1 botol air minum dan 2 ponsel yang dibungkus kresek.

Sebelum mulai, kami sempat foto-foto sebentar di mulut goa dan berdoa bersama. Oh iya, saya nggak tau mana tangga setinggi 759 m yang dimaksud dalam artikel yang saya baca saat gugling tentang Goa Cerme. Ada sih tangga, tapi pendek. Yak lanjut aja, dari mulut goa, kami menuruni beberapa anak tangga dan blupp, langsung ketemu air. Seinget saya, waktu itu tingginya sekitar selutut. Oh iya lagi, ada beberapa anak kecil yang ikut bersama rombongan kami, mereka ini penduduk sekitar goa, tapi ya takut (dan kayaknya memang nggak boleh) kalo nyusur goa tanpa pemandu.

Dasar goa ini kadang berupa kerikil lembut dan kadang berupa batu coklat yang agak tajam. Jadi saya sarankan pakai sandal yang aman (jangan pake sandal jepit) atau sepatu sekalian. Saya pake sandal yang bolong depannya, kalo kepentok batu rasanya lumayan nyuut nyuut. Di dalam goa, seperti biasa, ada stalaktit dan stalagmit. Seinget saya, stalaktit itu yang mengarah ke bawah, sedangkan stalagmit itu yang mengarah ke atas (pls comment kalo salah). Kalo liat tetes air yang menggantung di stalaktit, saya penasaran pengen nowel, tapi saya tau itu nggak boleh, jadi cuma saya tiup dikit sampai tetes airnya bergoyang, hehe. Di beberapa sudut goa, saya sempat lihat ada sesajen-sesajen. Menurut penjelasan pemandu kami, goa ini memang kadang dipakai untuk bersemedi. Lanjut jalan, ada bunyi grojog grojog air deras gitu. Semuanya langsung pada semangat maju, penasaran sama sumber bunyi itu yang kayaknya sih air terjun. And yes, memang air terjun. Tingginya sekitar 2,5 m. And guess what? Rute selanjutnya kita musti menaiki air terjun itu. Rasanya keren banget, hahaha. 

Beberapa menit kemudian, mulai ada yang nanya, "masih jauh nggak, Pak?" Udah mulai capek nih. Kami istirahat sebentar di air yang dangkal. Matiin headlamp dan sengaja ngobrol gelap-gelapan. Trus lanjut lagi, capek sih, mana kaki berasa bonyok karena sering nendang batu. Mendekati ujung goa, kami harus sering jalan merunduk karena langit-langit goa makin rendah. Duh kadang kejedot juga, haha. Tapi yah, seperti kata kakak sepupu saya, tenang aja, hal-hal yang berat itu pasti punya akhir kok. Dan akhirnya kami melihat cahaya selain cahaya headlamp. Cahaya matahari. Rasanya amazing. :-D

Keluar dari mulut goa, kami harus berjalan sedikit untuk bisa balik ke pos yang tadi. Lumayan sambil ngeringin baju. Hehe. Nyampe pos, kami pesan minum dulu sambil nyomot-nyomot gorengan secara tidak terkendali. Ada mbak-mbak minta kami ngisi kuesioner dari pemerintah tentang wisata goa. Saya isi dengan senang hati. Semoga bisa dibaca dan bermanfaat. Amin.

Selesai mandi dan shalat, kami pulang dan mampir makan Sate Klathak (satu porsi Sate Klathak dan minum seharga Rp. 13,000,-). Sedaaap. Lebih sedap lagi karena kami lumayan capek. Saya pun pulang ke rumah dengan hati yang senang dan perut yang kenyang. Hari Minggu yang indah. Alhamdulillah. :-D


April 24, 2011

Beaches, Gunung Kidul

  
Baron. What a bluesky!

Kukup. Seeing from the top.

Still Kukup. Waiting for sunset.

Siung. Look at that wave. Wow!!!

October 22, 2010

Istana Air Taman Sari

Bagian Tengah Sumur Gumuling

Di bagian tengah Sumur Gumuling yang terbuka ini,terdapat empat buah jenjang naik dan bertemu di bagian tengah. Dari pertemuan keempat jenjang tersebut terdapat satu jenjang lagi yang menuju lantai dua. Di bawah pertemuan empat jenjang tersebut terdapat kolam kecil yang konon digunakan untuk berwudhu.





Kolam Pemandian Umbul Pasiraman

Umbul Pasiraman merupakan kolam pemandian bagi Sultan, para istri beliau serta para putri-putri beliau. Kompleks ini dikelilingi oleh tembok yang tinggi. Di kompleks Umbul Pasiraman terdapat tiga buah kolam yang dihiasi dengan mata air berbentuk jamur dan pot bunga raksasa di sekelilingnya.





 
Umbul Binangun

Umbul Binangun terdapat di dalam Kompleks Umbul Pasiraman. Umbul Binangun merupakan kolam pemandian yang dikhususkan untuk Sultan dan Permaisurinya saja. Pada zamannya, selain Sultan, hanyalah para perempuan yang diizinkan untuk masuk ke kompleks ini.

September 15, 2010

MH - alan2 bareng

Pagi-pagi, mumpung lagi nggak kuliah, calling temen2 deh janjian maen ke pantai bareng2. Jam segini enaknya pilih Parangtritis. Mantep bener. Serasa pantai punya kita doang.

Ini yang loncat gaya kodok kaget si Sofi, aku di belakangnya udah low-batt buat loncat-loncat. Kapan-kapan lagi deh ya kita reunian anak-anak MH, skalian makan di Depok. Nyamnyam,slurrpp....