May 14, 2013

KL & Sing #2 (The Day. 4 April 2013)

Air Asia berangkat dari Terminal 3 Soetta. Kami harus naik shuttle bus yang tersedia free di Soetta. Bisnya bagus, cuma selalu sesak gara-gara barang-barang penumpang yang nggak sedikit dan nggak mini. Hehe. Ternyata jauh juga perjalanan ke Terminal 3. Terminal ini obviously baru. Desainnya modern dan terang, beda banget sama terminal 1 dan 2.

Masuk terminal 3, saya menuju ke sebelah kanan untuk drop bagasi. Saya sudah prebook bagasi 20 kg untuk kami berempat (keren, haha). Selesai drop bagasi dan bayar airport tax (Rp. 150,000x4), kami menuju lantai atas dan langsung menuju imigrasi. Selesai imigrasi, barang bawaan kabin kami diperiksa. Nggak mulus nih. Saya sudah tahu peraturan kabin Air Asia, terutama tentang liquidnya. Tapi tetep aja ada yang kelewat, hehe. Air minum kemasan tidak boleh dibawa. Jadi diletakkan di dekat petugas dan bisa kami minum selama masih berada di ruang tunggu. Ludes deh botolnya. Tinggal tumbler punya saya dan Ibu saya. Padahal saya sudah bilang bawa tumbler yang banyak, tapi Ibu saya ngertinya cuma bawa air minum yang banyak. Oya satu lagi, face wash saya kemasannya ukuran 150 ml. Walaupun isinya cuma setengah kemasan, tetep aja nggak boleh dibawa karena melewati batas kemasan maksimal yaitu 100 ml. Yah dengan berat hati terpaksa saya relakan face washnya. :(

Kami makan siang dulu sambil menunggu waktu boarding. Menjelang pukul 13.00 kami sudah siap dan tak lama setelahnya dipanggil untuk boarding. Dapet auto seat di row 1 alias hotseat. Kursi yang kepalanya merah itu. Hehe. Oke, flight 2 jam dan kami pun sampai di LCCT, nggak wow karena ya emang Low Cost Carrier Terminal sih, bandaranya nggak premium. Masuk gedung, kami antri imigrasi, cukup ramai tapi antrian berjalan lancar dan cepat. Selesai imigrasi, kami mengklaim bagasi, semua lengkap, lalu mampir counter DIGI dan beli kartu sim untuk telepon dan internet seharga RM 26. Setelah itu kami melewati bagian custom dan langsung disuruh lewat saja tanpa diperiksa sama sekali. Sebelum keluar gedung bandara, saya beli tiket Aerobus LCCT ke KL Sentral seharga RM 8 untuk dewasa dan RM 4 untuk anak-anak (RM 8x3+RM 4). Keluar gedung, kami berjalan ke arah kiri sekitar 500 meter menuju bus. Busnya lumayan bagus, tapi tidak terlalu bersih. Di atas bus, pihak bus menjual air mineral ukuran tanggung seharga RM 1, saya beli 1 botol.

Oya, saya belum booking tempat untuk menginap. Sebenarnya saya sudah booking di sebuah penginapan via email, tapi setelah baca lebih banyak review tentang tempat tersebut, saya simpulkan tempat itu pengap dan tidak bersih. Yah lebih baik saya cari tempat lain yang bersih walaupun tidak istimewa. Ada satu penginapan yang saya lihat fotonya sederhana namun asri. Namanya Sahabat Gusethouse di Jalan Sahabat, dekat dari Jalan Alor. Tapi untuk booking, saya harus bayar DP dulu, well the problem is saya nggak bisa bayar DP tersebut, karena saya nggak punya Credit Card ataupun rekening Paypal. Dan saya lagi males berurusan sama jasa-jasa tentang uang di dunia maya. Jadi, sebelum berangkat, saya sudah mencatat nomor telepon penginapan-penginapan yang saya incar, saya urutkan berdasarkan prioritas saya. On the top of the list is Sahabat Guesthouse. Saya telepon, dengan bahasa Inggris seadanya, saya menanyakan family room di Sahabat Guesthouse. Dan ternyata masih kosong. Alhamdulillah. Saya booking untuk 2 malam. Now how can I get there? Saya sudah simpan petunjuk arah ke Sahabat Guesthouse yang saya ambil dari website mereka.

Jadi setelah sampai di KL Sentral, pusat transportasi umum di KL, saya berjalan keluar KL Sentral, menyeberang jalan dan berjalan ke arah kanan menuju stasiun monorel KL Sentral. Stasiun monorel ini memang tidak menyatu dengan bangunan KL Sentral. Masuk stasiun monorel, ada loket tiket dan ada Ticket Vending Machine. Setelah celingukan sebentar, saya mencoba beli tiket monorel di vending machine. Tujuan Stasiun Monorel Bukit Bintang untuk 4 orang. Percobaan pertama gagal, sepertinya pecahan uang yang saya masukkan terlalu besar. Setelah mencoba lagi, akhirnya saya berhasil mendapatkan tiket berupa koin seperti koin kasino. Koin ini di-tap ke mesin agar bisa masuk ke platform dan disimpan lagi. Setelah menunggu sebentar, kereta pun datang dan kami masuk. Lumayan rame, tapi tentu saja tidak pengap karena kereta ini ber-AC. Sampai di Stasiun Monorel Bukit Bintang, kami turun dan harus memasukkan koin tiket tadi ke mesin agar bisa keluar dari platform.

Kami berjalan sekitar 10 meter menuju traffic light dan belok kiri, setelah itu belok kanan dan melewati Jalan Alor (pusat jajanan) di sisi kiri kami. Setelah menemukan Sevel di sudut pertigaan, kami belok kiri dan belok kanan di pertigaan pertama. Sahabat Guesthouse yang berwarna biru sudah terlihat. Agak capek juga karena jalannya sedikit menanjak. Setelah sampai, kami bayar penginapan RM 306 untuk 1 family room selama 2 malam dan RM 200 untuk 2 double room untuk malam terakhir kami di KL (kami berencana mampir ke Sing dan menitipkan barang di guesthouse).

Family room yang kami tempati tidak terlalu luas, tapi lumayan untuk kami berempat. Bersih, 2 double bed, kamar mandi yang cukup luas dan sebuah balkon kecil yang menghadap ke jalan. Setelah unpacking dan makan, Ibu dan Ayah saya sepertinya sudah sangat kelelahan. Saya dan Adik saya Memot berencana keluar sebentar ke Jalan Alor. Ibu saya agak ceramah hati-hati bla bla bla, as always, haha. Iya deh, yang penting boleh keluar. Kami berjalan menuju jalan Alor dan sempat foto-foto ujung KL Tower yang menyembul di antara gedung-gedung. Jalan Alor ternyata ramai sekali, penuh lampion di sepanjang jalan. Banyak nama-nama makanan yang saya nggak ngerti, jadi bingung. Memot saya belikan Turkey Ice Cream seharga RM 5, mahal memang, tapi cukup menarik lihat atraksi si penjual es krim. Selesai menyusuri Jalan Alor, kami berjalan pulang dan mampir beli sosis dan nugget di depan Sevel seharga RM 2,30. Kami mampir Sevel juga, beli razor seharga RM 1,10 dan yoghurt juga susu seharga RM 4. Kenyang deh, kekenyangan lebih tepatnya. Hehe. Sampai di guesthouse, siap-siap bobooo. Zzz.


To be continued, next Chapter, KL 1. :)

May 13, 2013

Listening Exercise

(This program is brought to you by Stanford University, please visit us at stanford.edu).

Thank you. I'm honored to be with you today for your commencement from one of finest universities in the world. Truth be told I've never graduated from college and this is the closest I've ever got into a college graduation. Today I wanna tell you three stories from my life. That's it. No big deal. Just three stories.

The first story is about connecting the dots. I dropped out Reed College after the first six months but then stayed around as for another eighteen months before I really quit. So why I dropped out? It started before I was born. My biological mother was a young unwed graduate student and she decided to pop me out for adoption. She felt very strongly that I should be adopted by college graduates. So everything was all set for me to be adopted at birth by a lawyer and his wife. Except when I popped out, they decided in the last minute that they really wanted a girl. So my parents who are on waiting list got a call in the middle of the night asking, "we've got an unexpected baby boy, do you want him?" They said, "of course".

My biological mother found out later that my mother had never graduated from college and that my father had never graduated from high school. She refused to sign the final adoption papers. She only ... few months later when my parents promised that I would go to college. This was the start in my life. And seventeen years later I did go to college. But I naively chose a college that was almost as expensive as Stanford and all of my working-class parent saving would ... spent on my college tuition. After six months I couldn't see the value on it. I had no idea what I wanted to do with my life and no idea how college was going to help me figure it out. And here I was spending all the money my parents save their entire life. So I decided to drop out and trust that it all work out okay. It was pretty scary at the time, but looking back it was one of the best decisions I've ever made. The minute I dropped out, I can stop taking the required classes that didn't interest me and begin dropping in on the ... that interesting.

It wasn't all romantic. i dorm room so i slept on the floor in friend's rooms. I return coke botols for five cents deposits to buy food with, and I would walk to seven miles across town every sunday night to get one good meal a week at The Hare Khrisna Temple. I loved it. And much I stumbled into by folowing my curiousity intuition turned out to be priceless later on.

Let me give you one example. Reed College at that time offer perhaps the best caligraphy instruction in the country. Througout the campus, every poster, every label on every drawer was beautiful hand caligraph. Because i have dropped out and didn't have to take the normal classes
i decided to take caligraphy class learn how to do this
i learned about serif and san serif
about varying space between different letter combinations
about what makes typography. It was beautiful, historical, artistically in a way that science can captured and i found it fascinating. None of this had even a hope of any practical application in my life. But ten years later when we were designing the first Macintosh computer, it all came back to me. And we designed it all into The Mac. It was the first computer with the beautiful typography
if i never dropped in single course in college, The Mac fonts. And since Windows just copy The Mac, it's likely that no personal computer would have them. If I had never dropped out, I would've never dropped in caligraphy class and personal computers might not have the wonderful typography that they do.

Of course it was impossible to connect the dots looking forward when I was in college, but it was very very clear looking backwards ten years later. Again, you can't connect the dots looking forward, you can only connect them looking backwards. So you have to trust that the dots will somehow connecting your future. You have to trust in something. Your God, destiny, life, karma, whatever. Because believing wiht the dots will connect down the road will give you the confidence to follow your heart even when it lead you path and that will make all the difference.

~> Setelah sekian lama di-php-in (alias jadi draft yang nggak pernah ditengok lagi), saya post aja deh tulisan ini. Hehe.

May 06, 2013

KL & Sing #1

Okey, jadi ceritanya bermula dari saya somehow, happily tersesat di forum traveller Kaskus. Larut dalam Field Report bermacam-macam negara, membayangkan diri saya yang melakukan perjalanan itu. Kok kayaknya asyik ya, haha. Saya baca thread Low Cost Carrier juga, ini menggugah banget nih, kaskusernya pada share dapet tiket cuma sekian sekian untuk rute sini-situ, sekian sekian untuk rute situ-sini. Wow, so I thought I could get one of that kind too. Okey, cek-cek website Air Asia (dari sekian LCC yang saya tahu, menurut saya Air Asia ini yang websitenya paling friendly), saya liatin promo-promo basi yang udah pada ludes. Menggiurkan, haha. Saya niatkan bikin paspor dulu, biar lebih semangat buat hunting tiket promo. Saya pulang ke rumah, sambil cengar-cengir bilang ke Ibu saya bahwa saya pengen bikin paspor.

"Emangnya Mbak mau ke mana?" Ibuku nanya.
"Nggak tau, hehe. Itu lho Ma, kan ada tiket yang bla bla," saya ceritakan rencana saya.
"Oya? Mama juga mau dong."

Yah jadilah saya dan Ibu saya bikin paspor. Nggak begitu ribet. Tapi perlu waktu sekitar 1 minggu, karena ada jarak 3 hari (seingat saya) untuk kemudian lanjut ke tahap wawancara. Biayanya sekitar Rp. 200,000-an. Saya agak payah nginget nominal yang beginian. Harap maklum, hehe.
Beberapa minggu berlalu. Akhirnya Air Asia ada promo free seats. Cek rute dan harganya, ngabarin Ibu saya. Akhirnya pilih rute Jakarta-Kuala Lumpur pp, hampir Rp. 300,000/org, saya beli untuk 4 orang, jadi hampir Rp. 1,200,000. Gimana cara bayarnya? Bisa pake credit card atau KlikBCA. Ada sih KlikBCA punya Mas saya, tapi tokennya rusak. Saya cari jasa beli tiket Air Asia di FJB Kaskus. Saya bikin deal, saya yang booking tiket, dia yang bayar. Kena fee berapa ya (kumat lagi), Rp. 100,000 atau Rp. 200,000 untuk 4 tiket itu, kalo saya inget-inget sekarang, kok fee-nya lumayan mahal ya, saya nggak nawar pula. Haha. Saya booking dan melunasi tiket tanggal 20 September 2012, untuk keberangkatan tanggal 4 April 2013. Kedengarannya lama banget ya? Tapi enggak juga sih, kadang-kadang saya lupa saya mau berangkat ke KL. Jadi santai aja.

Nyetel Menghitung Hari-nya Krisdayanti dulu. Oktober. November. Desember. Januari. Februari.
Maret, mulai siap-siap. Saya di Jogja dan Ibu saya di Bengkulu. Kami janjian untuk ketemu di Jakarta. Flight Jakarta-Kuala Lumpur kami jam 13.15. jadi biar nggak buru-buru, kami harus berangkat pagi dari kota masing-masing. Saya yang beli tiket-tiketnya (saya yang beli, tapi pake uang Ibu saya, hehe), Rp. 723,000 untuk saya Jogja-Jakarta pp dan Rp. 2,938,700 untuk Ibu, Ayah dan adik saya Bengkulu-Jakarta pp (berat di ongkos domestiknya, hehe).

To be continued, next chapter, The Day. 4 April 2013. :)