January 25, 2014

Finding Leleland alias Mangut Lele Mbah Marto (Jan 22, 2014)

Sebelumnya saya sudah beberapa kali mendengar dan membaca tentang warung makan ini, disebut juga Gudeg Pawon. Memang ada menu gudeg dan semua menunya disediakan di pawon (dapur). Kenapa saya tertarik? Karena saya membaca bahwa mangut lele ini adalah lele yang sudah diasap lalu dimasak dengan santan. Hmm saya teringat masakan di kampung Nenek saya, ikan sungai diasap lalu dimasak dengan santan, subhanallah sedapnya. Lezat dan wangi.

Hari Rabu lalu, saya menyempatkan waktu untuk mencari warung makan ini (lagi). Sebelumnya saya sudah pernah mencoba mencari tapi gagal, hahaha. Ketika itu saya tidak mencoba bertanya pada penduduk sekitar. Kena deh, malu bertanya sesat di jalan. Saya berbekal petunjuk arah yang saya dapat dari blog CemalCemil dan Backpakology. Nah, kenapa saya menulis post tentang mangut lele ini? Karena ternyata pada pencarian saya yang kedua, saya tetap belum bisa menemukan warung ini. Haha. Akhirnya saya bertanya pada seorang ibu yang sedang berjalan ke arah kami. Beliau dengan baik hati menunjukkan arahnya, posisi warungnya ternyata hanya sekitar 20 meter dari tempat kami bertanya pada ibu itu. Kalau warung ini sedang ramai, lokasinya mungkin akan lebih mudah ditemukan karena akan ada banyak mobil parkir di sekitar gangnya. Tapi hari itu hanya ada satu mobil, jadi saya masih ragu.

Berdasarkan pengalaman ini, saya ingin menulis ulang petunjuk arah ke Mangut Lele Mbah Marto versi saya:
1. Dari perempatan ringroad Jl. Parangtritis silakan menuju ke selatan/Pantai Parangtritis.
2. Jika sudah melewati Institut Seni Indonesia (ISI) di kanan jalan, maka pelankan kendaraan Anda.
3. Tidak jauh setelah ISI, terdapat Kantor Pos di kiri jalan dan Anda harus masuk gang di seberangnya (belok kanan).
4. Tidak jauh dari mulut gang, Anda akan menemukan jalan menikung ke kanan. Beberapa meter dari tikungan, terdapat gang di sebelah kiri, Anda bisa berbelok ke kiri dan akan langsung melihat Masjid Baitussalam.
5. Anda bisa lurus ke arah masjid ataupun berbelok ke kiri. Jika lurus, Anda bisa langsung melihat mobil-mobil yang parkir (jika ada). Mangut Lele Mbah Marto ada di gang kecil di seberang Anda. Hanya ada papan kecil di depan warungnya. Jika berbelok ke kiri, silakan belok kanan pada pertigaan pertama. Jalan lurus sedikit dan Mangut Lele Mbah Marto ada di gang kecil di sebelah kiri Anda.
6. Jika sudah sampai, silakan masuk dan langsung menuju ke ruangan paling belakang, ke dapur. Anda bisa mengambil nasi dan lauk yang sudah disediakan.

Gang kecil inilah yang tidak saya ketahui sebelumnya. Lumayan bikin bingung deh. Oya, untuk rasa mangut lelenya, enaaak alhamdulillah walaupun tidak seperti masakan di kampung Nenek saya. Daging lelenya banyak, kuahnya merah pedas dan saya agak menyesal karena tidak mengambil nasi cukup banyak. Haha. Saya mengambil seporsi nasi, mangut lele, krecek dan segelas es jeruk. Mas saya mengambil seporsi nasi, mangut lele, gudeg dan segelas es jeruk. Totalnya Rp. 35.000,00. Saya ingin makan di sana lagi dan tentu saja dengan porsi nasi yang lebih banyak. Haha.

January 24, 2014

Kelayakan Transportasi - Akas Asri

Selasa sore tanggal 21 Januari 2014 lalu, saya berencana pulang dari Rogojampi, Banyuwangi ke Yogyakarta. Seperti sebelumnya, saya menunggu bis di pertigaan pohon beringin Rogojampi. Seingat saya, bis akan lewat beberapa kali di antara pukul 16.00-19.00 WIB. Saya mulai menunggu sekitar pukul 16.00, di "halte" pohon beringin sudah ada beberapa orang yang sama seperti saya, menunggu bis dengan tujuan Yogyakarta. Sekitar setengah jam menunggu, berhembus kabar bahwa hari ini hanya akan ada satu bis yang beroperasi karena supirnya libur. Sekitar pukul 18.00, seorang bapak datang dan membawa kabar bahwa bis akan tiba pukul 18.45. Bis satu-satunya pada hari ini. Sekitar pukul 19.00, bis pun tiba dan kami pun naik bis. Saya membayar Rp. 102.000,00 untuk satu orang dengan tujuan terakhir Yogyakarta.

Beberapa menit kemudian, keanehan mulai terjadi. Kursi penumpang sudah penuh tapi bis tetap mempersilakan penumpang baru untuk naik ke bis. Bangku-bangku plastik mulai digelar di lorong bis. Seingat saya lorong bis penuh dengan penumpang yang duduk di bangku plastik. Saya tidak tahu mereka harus bayar berapa, sama seperti saya yang duduk di kursi normal atau kurang dari itu.

Bis ini adalah bis yang menempuh perjalanan menengah-panjang. Dari Rogojampi ke Yogyakarta butuh waktu 13,5 jam. Dan sebagian besar penumpang memang menempuh perjalanan hingga akhir untuk sampai ke tujuan mereka masing-masing. Hari itu, dengan hati dongkol, saya menyimpulkan bahwa bis ini adalah bis sombong (setahu saya hanya ada dua "merek" bis yang melayani rute ini) dan tidak layak. Penumpang harus menyerah pada keadaan karena pilihan mereka sangat terbatas. Sampai kapan pemerintah akan membiarkan rakyatnya terpaksa menyerah seperti itu?