July 04, 2013

Goa Cerme (June 30, 2013)

"Dail ngajakin ke Goa Cerme," kata Mas saya. Itu awalnya. Oke fine. Kita berangkat.


Saya kenal Goa Cerme dari pendengaran saya (saya nggak tau kapan saya pernah denger, tapi saya yakin pernah) dan dari kebiasaan saya baca papan penunjuk arah. Saya sering baca papan yang menunjukkan arah ke Goa Cerme, but I really have no idea how is it. Saya baru sekali ke goa, Goa Pindul di Gunung Kidul, goanya tinggi dan dialiri air sungai, jarak dari permukaan air ke langit-langit goa mungkin sekitar 15 m (bukan seperti goa yang saya bayangkan semasa saya kecil, lorong batu yang bisa jadi tempat tinggal).

Pagi-pagi sebelum berangkat, saya coba gugling tentang Goa Cerme (saya kurang sreg kalo pergi ke suatu objek tanpa gugling dulu, hehe). Saya dapat informasi bahwa untuk mencapai mulut Goa Cerme kita harus menaiki tangga setinggi 759 m. Goa ini panjangnya 1,5 km dan digenangi air yang tingginya bisa mencapai 1,5 m (hah? bisa kelelep dong?). Well saya menyimpulkan kayaknya kunjungan ini nggak akan terlalu menguras tenaga dan saya pasti basah tapi nggak full basah.

Sekitar jam 09.30 saya dan teman-teman berangkat dari Krapyak Wetan. Nyampe Goa Cerme jam berapa ya lupa, haha, tapi nggak jauh kok, mungkin sekitar 30 menit aja. Menjelang lokasi, jalanan nanjak lumayan curam. Motor temen saya sempet bunyi nggak enak dan melorot ke bawah. Tapi itu emang motornya sih yang kurang fit. Beberapa menit kemudian kami sampai di pos petugas Goa Cerme. Bapak petugasnya menjelaskan bahwa objek wisata Goa Cerme ini berada di wilayah administrasi Kabupaten Bantul dan Gunung Kidul dan dikelola oleh keduanya. Jadi sekarang kita di Bantul dan nanti saat keluar dari goa  kita akan berada di Gunung Kidul. Sounds cool, hehe. Tapi tapi tapi, kondisi tersebut bikin tarif masuknya jadi double. Rp. 2,250,- dari Pemkab Bantul dan Rp. 2,500,- (yang ini saya agak lupa sih persisnya berapa) dari Pemkab Gunung Kidul. Pemandu (wajib) Rp. 30,000,- dan sewa headlamp Rp. 5,000,- (kami sewa 3 headlamp). Tas kami titipkan di pos petugas, yang kami bawa hanya 1 tas selempang berisi 1 botol air minum dan 2 ponsel yang dibungkus kresek.

Sebelum mulai, kami sempat foto-foto sebentar di mulut goa dan berdoa bersama. Oh iya, saya nggak tau mana tangga setinggi 759 m yang dimaksud dalam artikel yang saya baca saat gugling tentang Goa Cerme. Ada sih tangga, tapi pendek. Yak lanjut aja, dari mulut goa, kami menuruni beberapa anak tangga dan blupp, langsung ketemu air. Seinget saya, waktu itu tingginya sekitar selutut. Oh iya lagi, ada beberapa anak kecil yang ikut bersama rombongan kami, mereka ini penduduk sekitar goa, tapi ya takut (dan kayaknya memang nggak boleh) kalo nyusur goa tanpa pemandu.

Dasar goa ini kadang berupa kerikil lembut dan kadang berupa batu coklat yang agak tajam. Jadi saya sarankan pakai sandal yang aman (jangan pake sandal jepit) atau sepatu sekalian. Saya pake sandal yang bolong depannya, kalo kepentok batu rasanya lumayan nyuut nyuut. Di dalam goa, seperti biasa, ada stalaktit dan stalagmit. Seinget saya, stalaktit itu yang mengarah ke bawah, sedangkan stalagmit itu yang mengarah ke atas (pls comment kalo salah). Kalo liat tetes air yang menggantung di stalaktit, saya penasaran pengen nowel, tapi saya tau itu nggak boleh, jadi cuma saya tiup dikit sampai tetes airnya bergoyang, hehe. Di beberapa sudut goa, saya sempat lihat ada sesajen-sesajen. Menurut penjelasan pemandu kami, goa ini memang kadang dipakai untuk bersemedi. Lanjut jalan, ada bunyi grojog grojog air deras gitu. Semuanya langsung pada semangat maju, penasaran sama sumber bunyi itu yang kayaknya sih air terjun. And yes, memang air terjun. Tingginya sekitar 2,5 m. And guess what? Rute selanjutnya kita musti menaiki air terjun itu. Rasanya keren banget, hahaha. 

Beberapa menit kemudian, mulai ada yang nanya, "masih jauh nggak, Pak?" Udah mulai capek nih. Kami istirahat sebentar di air yang dangkal. Matiin headlamp dan sengaja ngobrol gelap-gelapan. Trus lanjut lagi, capek sih, mana kaki berasa bonyok karena sering nendang batu. Mendekati ujung goa, kami harus sering jalan merunduk karena langit-langit goa makin rendah. Duh kadang kejedot juga, haha. Tapi yah, seperti kata kakak sepupu saya, tenang aja, hal-hal yang berat itu pasti punya akhir kok. Dan akhirnya kami melihat cahaya selain cahaya headlamp. Cahaya matahari. Rasanya amazing. :-D

Keluar dari mulut goa, kami harus berjalan sedikit untuk bisa balik ke pos yang tadi. Lumayan sambil ngeringin baju. Hehe. Nyampe pos, kami pesan minum dulu sambil nyomot-nyomot gorengan secara tidak terkendali. Ada mbak-mbak minta kami ngisi kuesioner dari pemerintah tentang wisata goa. Saya isi dengan senang hati. Semoga bisa dibaca dan bermanfaat. Amin.

Selesai mandi dan shalat, kami pulang dan mampir makan Sate Klathak (satu porsi Sate Klathak dan minum seharga Rp. 13,000,-). Sedaaap. Lebih sedap lagi karena kami lumayan capek. Saya pun pulang ke rumah dengan hati yang senang dan perut yang kenyang. Hari Minggu yang indah. Alhamdulillah. :-D


No comments:

Post a Comment