July 12, 2013

Manipulasi

Tadi malam selepas tarawih, saya nyusu di kedai susu murni yang tidak terlalu jauh dari rumah. Daftar menu pun datang, membuat dahi berkerut berpikir keras akan pesan apa. Banyak sekali pilihannya. Haha. Setelah berunding cepat, saya putuskan ingin memesan menu susu cookies (kata Mas saya enak) ukuran M dan mencoba susu pisang ukuran L. Pelayan menghampiri kami, membacakan menu yang dipesan dan bilang, "susunya masih agak lama ya Mbak, baru direbus." Saat itu memang ramai pengunjung sih. Saya menunggu sambil ngemil nugget dan french fries.

Ternyata kami tidak perlu menunggu terlalu lama, dua gelas susu diantarkan ke meja dan langsung disruput bergantian. Susu cookiesnya memang enak. Tapi susu pisangnya malah membuat saya memikirkan sesuatu. Setelah revolusi industri dimulai, hingga berkembang sampai seperti industri (industri makanan secara spesifik) yang kita tahu saat ini, produsen telah berhasil mengembangkan perisa-perisa berbagai macam makanan. Agar-agar rasa durian, susu rasa jeruk, selai rasa stroberi dan lain-lain. Coba tenangkan diri, pikirkan apakah susu rasa jeruk itu berasa jeruk seperti jeruk yang pernah kamu makan? Selai stoberi, apakah stroberi yang kamu tahu rasanya seperti itu? Tidak.

Saya nggak ngerti persisnya bagaimana memanipulasi rasa sehingga indera pengecap dan indera penciuman kita bisa menerima hasil manipulasi itu. Saya bisa begitu saja menerima, oh susu ini berasa jeruk. Oh selai ini berasa stroberi. Oh jus ini berasa mangga. Rasanya kesal sekali saat memikirkan hal ini. Produk industri diterima secara luas karena praktis, rasanya enak dan kadang lebih murah daripada makanan yang terbuat dari bahan segar. Ooohhh kenapa bisa begini? Pangan organik jelas lebih mahal. Ayam kampung lebih mahal. Yang bersih dan sehat jadi mahal. :( :( :(

No comments:

Post a Comment